Tuesday, 18 September 2012

PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA

PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA - Salam buat para netter semuanya BELAJAR ISLAMI, di dalam tulisan ini atau artikel yang anda baca dengan postingan PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA, tim sudah berusaha menyajikan berita atau artikel ini untuk anda pelajari/baca serta ambil informasinya jika menurut anda penting atau perlu. mudah-mudahan isi postingan Artikel atau informasi Puasa, yang kami sajikan atau berikan ini dapat anda pahami dan ambil manfaatnya. langsung ke tkp ya, selamat membaca.

Judul : PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA
link : PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA

Baca juga


PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA


Takwa  terambil  dari  akar  kata  yang  bermakna  menghindar, menjauhi,  atau  menjaga  diri.  Kalimat  perintah  ittaqullah secara harfiah berarti, "Hindarilah,  jauhilah,  atau  jagalah dirimu dari Allah"

Makna ini tidak lurus bahkan mustahil dapat dilakukan makhluk. Bagaimana mungkin makhluk menghindarkan diri dari  Allah  atau menjauhi-Nya,  sedangkan "Dia (Allah) bersama kamu di mana pun kamu berada." Karena itu perlu disisipkan  kata  atau  kalimat untuk  meluruskan  maknanya.  Misalnya  kata  siksa  atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertakwa mengandung  arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.

Sebagaimana kita ketahui, siksa Allah ada dua macam.
  1. Siksa di dunia akibat pelanggaran terhadap     hukum-hukum Tuhan yang ditetapkan-Nya berlaku di alam raya ini, seperti misalnya, "Makan berlebihan dapat      menimbulkan penyakit," "Tidak mengendalikan diri dapat menjerumuskan kepada bencana", atau "Api panas, dan membakar", dan hukum-hukum alam dan masyarakat lainnya. 
  2. Siksa di akhirat, akibat pelanggaran terhadap hukum syariat, seperti tidak shalat, puasa, mencuri, melanggar hak-hak manusia, dan 1ain-lain yang dapat mengakibatkan siksa neraka.
Syaikh Muhammad Abduh menulis, "Menghindari siksa atau hukuman Allah,  diperoleh  dengan jalan menghindarkan diri dari segala yang dilarangnya serta mengikuti apa  yang  diperintahkan-Nya. Hal ini dapat terwujud dengan rasa takut dari siksaan dan atau takut dari yang menyiksa (Allah Swt ). Rasa  takut  ini,  pada mulanya  timbul  karena  adanya  siksaan, tetapi seharusnya ia timbul karena adanya Allah Swt. (yang menyiksa)."

Dengan demikian yang  bertakwa  adalah  orang  yang  merasakan kehadiran  Allah  Swt. setiap saat, "bagaikan melihat-Nya atau kalau yang demikian tidak mampu dicapainya, maka paling tidak, menyadari  bahwa  Allah  melihatnya," sebagaimana bunyi sebuah hadis.

Tentu banyak cara yang  dapat  dilakukan  untuk  mencapai  hal tersebut,  antara  1ain  dengan  jalan berpuasa. Puasa seperti yang  dikemukakan  di  atas  adalah  satu  ibadah  yang  unik. Keunikannya  antara  lain  karena  ia  merupakan upaya manusia meneladani Allah Swt.

PUASA MENELADANI SIFAT-SIFAT ALLAH

Beragama  menurut  sementara  pakar   adalah   upaya   manusia meneladani  sifat-sifat Allah, sesuai dengan kedudukan manusia sebagai  makhluk.  Nabi  Saw.  memerintahkan,  "Takhallaqu  biakhlaq Allah" (Berakhlaklah (teladanilah) sifat-sifat Allah).

Di  sisi lain, manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa'ali, yaitu  makan,  minum, dan  hubungan  seks. Allah Swt. memperkenalkan diri-Nya antara lain sebagai tidak mempunyai anak atau istri:

     Bagaimana Dia memiliki anak, padahal Dia tidak memiliki istri? (QS Al-An'am [6]: 101)

   Dan sesungguhnya Mahatinggi kebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristri dan tidak pula beranak (QS Al-Jin
     [72]: 3).

Al-Quran juga memerintahkan Nabi Saw. untuk menyampaikan, Apakah aku jadikan pelindung selain Allah yang menjadikan langit dan bumi padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan...? (QS Al-An'am [6]: 14).

Dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal mencontohi  sifat-sifat tersebut. Tidak makan dan tidak minum, bahkan memberi makan orang lain (ketika  berbuka  puasa),  dan tidak pula berhubungan seks, walaupun pasangan ada.

Tentu  saja  sifat-sifat  Allah tidak terbatas pada ketiga hal itu, tetapi mencakup  paling  tidak  sembilan  puluh  sembilan sifat yang kesemuanya harus diupayakan untuk diteladani sesuai dengan kemampuan dan kedudukan manusia sebagai makhluk  ilahi. Misalnya  Maha  Pengasih  dan  Penyayang, Mahadamai, Mahakuat, Maha Mengetahui, dan lain-lain. Upaya  peneladanan  ini  dapat mengantarkan  manusia  menghadirkan  Tuhan dalam kesadarannya, dan  bila  hal  itu  berhasil  dilakukan,  maka  takwa   dalam pengertian di atas dapat pula dicapai.

Karena  itu,  nilai  puasa  ditentukan  oleh  kadar pencapaian kesadaran  tersebut bukan  pada  sisi  lapar  dan  dahaga sehingga   dari   sini  dapat  dimengerti  mengapa  Nabi  Saw. menyatakan bahwa, "Banyak orang yang  berpuasa,  tetapi  tidak memperoleh dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga."



PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA

demikian berita atau artikel PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA kali ini, semoga dapat memberi manfaat dan informasi untuk para netter semua. terimakaish sudah berkunjung di blog kami, jangan lupa berkunjung lagi di blog kami ya, sampai jumpa di postingan artikel dan berita lainnya.

Anda sedang membuka dan membaca artikel atau berita PERBEDAAN PUASA DAN TAKWA dengan alamat link https://kambbo-islam.blogspot.com/2012/09/perbedaan-puasa-dan-takwa.html

0 comments

Post a Comment